"Siang itu tanggal 20 Maret 1992. Di sana, di hamparan salju putih, sesosok tubuh tinggi besar sedang berjuang keras melintasi tanjakan dengan kemiringan 40 derajat pada ketinggian 6.700 meter. Niatnya sudah bulat. Ia akan mengibarkan Sang Merah Putih dan Panji Mapala UI di Puncak Aconcagua. Ya, puncak tertinggi Amerika Selatan itu hanya tinggal 200 meter lagi!
Meski semangat terus membara, namun gerak tubuh itu kian perlahan. Sekilas ia teringat Didiek Samsu, yang juga keletihan dan kini beristirahat tak jauh di bawahnya. Lalu tarbayang wajah mungil Melati, anaknya. Karina, isterinya. Juga wajah-wajah keluarga yang dicintainya. Serta para sahabatnya yang sering menyuruhnya kembali. Ia pun meringis..
"Aku akan sampai ke puncak. Kini aku akan istirahat sejenak." pikirnya. Tak lama kemudian matanyapun terpejam. Rasa letih dan kantuk itu telah membiusnya dan mengantarkan jiwanya ke puncak."
Meski semangat terus membara, namun gerak tubuh itu kian perlahan. Sekilas ia teringat Didiek Samsu, yang juga keletihan dan kini beristirahat tak jauh di bawahnya. Lalu tarbayang wajah mungil Melati, anaknya. Karina, isterinya. Juga wajah-wajah keluarga yang dicintainya. Serta para sahabatnya yang sering menyuruhnya kembali. Ia pun meringis..
"Aku akan sampai ke puncak. Kini aku akan istirahat sejenak." pikirnya. Tak lama kemudian matanyapun terpejam. Rasa letih dan kantuk itu telah membiusnya dan mengantarkan jiwanya ke puncak."
Bahasa yang dipakai cukup mengundang antusias kita. Diceritakan pula cerita cerita ekspedisi Norman yang lain secara kronologis mulai dari pendakian Kilimanjaro, Ekspedisi Elbrus, Mc, Kinley, Cartenz Pyramid dan banyak yang lain. Lengkap dengan detail - detailnya. Penulis dengan sangat telaten dan teliti merekam kisah hidup Norman melalui wawancara kolega, nukilan koran dan kliping - kliping.
Satu yang membuat saya kagum pada penulis buku ini, data yang disajikan cukup detail dan sahih.kebanyakan dari koran, majalah dan statemen kawan kawan lama Norman. Kesabarannya untuk mengumpulkan data patut diacungi jempol.
dan satu yang membuat saya jatuh cinta dengan buku ini. Banyak quote para "dewa" pendakian di cantumkan disini. seakan memaksa otak merenung untuk sekedar berfikir ulang dan memacu adrenalin kita untuk menutup buku dan segera pergi dari formalitas kantor.
Bagi yang gemar bertualang, ini buku yang cocok untuk dibawa kemana-mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar