Senin, 13 Januari 2020

HUBUNGAN SINDROM ASPERGER DENGAN KETERAMPILAN SOSIAL

Buat yang masih baru atau belum pernah melihat saya di beranda Quora, memang demikianlah siapa saya sesuai sama kredensial di atas. Kalau kalian masih belum tahu, sindrom Asperger itu merupakan gejala autisme ringan di mana seseorang sangat terobsesi sama hal-hal tertentu tetapi dengan minat yang relatif terbatas. Mereka juga cenderung melakukan kegiatan dengan sangat sangat rutin dan terus berulang-ulang. Penyandang Asperger, atau biasa disebut sebagai aspie, tidak jarang mudah kecewa sampai marah apabila hal yang dia suka atau setujui berbeda dengan sudut pandang orang lain. Esktremnya mereka bisa menjerit sampai memukul orang. Orang-orang aspie juga kerap mengalami kesulitan memahami bahasa tubuh (termasuk mimik wajah).

Bagaimanakah pengaruh sindrom ini pada kemampuan sosial saya? Saatnya saya menceritakan masa-masa sekolahku, terutama di masa SD. Orang tua saya (khususnya ibuku) menyekolahkan saya di salah satu sekolah semi-inklusif di Bogor yang menerima anak-anak berkebutuhan khusus atau special needs. Alasannya sederhana; ibu saya tidak yakin saya bisa survive di sekolah negeri atau sekolah umum lainnya, jadi main amannya saya disekolahkan di sekolah yang sudah menyediakan fasilitas khusus. Sepanjang masa SD, saya menghabiskan masa pembelajaranku di kelas dan beberapa kali di ruang fasilitas special needs kalau memang ada hambatan sama salah satu mata pelajaran. Yang saya ingat, anak-anak special needs turut digabung dalam kelas biasa dengan jumlah paling banyak dua orang (betul, sepanjang SD setiap tahunnya saya selalu ada satu teman sesama special needs). Sebenarnya saya juga sempat memakai aide teacher sampai kelas 3 SD, tetapi akhirnya saya lepas aide karena toh sudah ada satu teman special needs yang sekelas denganku dan bisa ke ruang special needs kapan saja. Ditambah lagi setiap hari Senin pagi, seluruh siswa/i special needs wajib melakukan brain gym bersama dengan tujuan mengikat tali pertemanan.

Mungkin sudah saatnya saya lebih serius, karena saya ternyata masih belum menjawab to the point. Bagaimana kemampuan sosialku waktu SD? Kalau saya nilai pakai grade, kukasih C saja. Mengapa serendah itu? Karena sifat saya yang sangat sangat jujur (sebenarnya masih demikian sampai sekarang, tapi tidak seekstrim dulu) dan saking jujurnya sampai saya susah menanggapi candaan orang. Setiap saya di-prank pakai candaan main hantu-hantuan, saya justru ketakutan sambil teriak-teriak. Cara tutur saya yang cenderung baku dan selalu sesuai sama buku pelajaran (jam waktuku lebih banyak kuhabiskan sama teman-teman special needs yang berbahasa sangat baku ketimbang dengan yang "normal") membuat saya dicap sebagai kamus berjalan yang expressless. Saya juga mudah tersinggung dan gampang marah kalau saya sampai diejek pakai sumpah serapah, dan pernah saking marahnya sampai saya menanduk satu pengganggu (tenang saja, cuma bocah laki-laki) persis seperti tandukan Zidane. Bicara soal mudah marah, saya dulu juga sangat mudah kecewa apabila orang lain tidak suka dan setuju sama apa yang saya sukai (obsesi) dan setujui. Hal ini sangat terlihat ketika saya menyatakan rasa cintaku sama matematika, satu temanku tidak suka sama sekali. Bukannya aku menanggapi dengan tetap menghargai sudut pandangnya, yang ada aku langsung ngambek dan pergi begitu saja tanpa akhir pembicaraan. Sifat terlalu jujur, kecenderunganku berbahasa baku dan mudah tersinggung itu yang membuatku dijauhi oleh hampir semua teman-teman "normal". Alih-alih merefleksikannya, saya justru berprasangka buruk sama yang "normal" karena merasa kami yang special needs termarginalisasikan. Hal ini masih berlanjut sampai SMP, ketika saya hanya dekat sama satu teman yang juga aspie seperti saya dan beberapa teman yang introver serta kuper.

Gambaran singkat mengenai gejala penyandang sindrom Asperger

Lalu bagaimana pengaruh sindrom Asperger pada kemampuan sosialku saat ini? Syukur alhamdulillah, saya sudah bisa tetap tenang menyikapi perbedaan pendapat dan selera setiap orang. Untuk obsesi saya terhadap angka; itu sulit kuhilangkan dan sepertinya tidak akan pernah, karena justru menjadi aspek positif tersendiri dalam diriku. Seperti yang pernah kusebut di beberapa jawaban sebelumnya, saya bisa mengingat beberapa peristiwa penting lengkap sama tanggal dan tahunnya. Saking obsesinya sampai membuat saya mudah memperhatikan usia dan tahun lahir orang, meski tidak sampai ke ranah diskriminasi usia atau ageisme. Satu-satunya hal yang kuperhatikan dari kemampuanku mengetahui umur orang lain adalah mengetahui siapa yang harus kusapa dengan awalan "mas/mbak" atau "pak/bu" atau nama saja, kapan dan/atau apa sebaiknya saya harus bertutur dengan "lu-gua" atau "saya-mas" atau "aku-sampeyan", dan seterusnya. Intinya saya enggan cara bertuturku sama orang lain ter-overshadowed sama ragam informal (tidak terkecuali bahasa "lu-gue") sampai melewati kadar 50%, karena saya juga ingin bertutur menggunakan 50% unsur bahasa formal supaya tidak mudah lupa dengan kata-kata yang bisa saja berguna kapanpun dan dimanapun. Masih tentang obsesiku sama angka, hal ini pula yang membuat saya sangat sangat sangat sangat sangat sangat menyukai sejarah dunia, tidak terkecuali sejarah sepakbola seperti Piala Dunia (turnamen yang mengenalkan saya tentang negara-negara serta benderanya). Bagaimana dengan kejujuran saya yang mempengaruhi kemampuan saya dalam menghibur atau bercanda sama orang lain? Jujur, saya tidak mau ambil pusing. Yang penting tetap jujur sesuai sama situasi saja. Toh, cara orang melakukan candaan lain-lain dan tidak bisa disamaratakan. Saya merasa tetap jaga tata krama dan ramah saja sudah lebih dari cukup.

Jawaban saya murni pengalamanku sendiri. Saya bukan seorang psikolog atau pemerhati psikologi, karena saya cuma ingin berbagi pengalamanku sejujur-jujurnya. Saya juga tidak ada niat melakukan kampanye awareness terhadap sindrom Asperger, karena lebih tepatnya saya ingin membagikan awareness sama kalian semua; jangan pernah berhenti mencari tahu banyak hal dan jangan mudah termakan kata-kata orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APA YANG TERJADI JIKA ADA BLACK HOLE SEBESAR 2 CM DIDEPAN KAMU?

Habis saya. Hancur. Binasa. Lenyap. Tentu saja bukan hanya saya yang akan terkena dampaknya, tapi juga planet Bumi. Ini jelas  Skenario Kiam...