Why should i do to deal with social issolation?
Setiap orang, tentu memiliki caranya masing-masing untuk bersikap, ketika perasaan merasa sepi diantara keramaian orang/kelompok orang itu datang. Tetapi hal pertama yang paling penting sebelum menentukan sikap, yakni mengetahui definisi, faktor penyebab, efek yang ditimbulkan, dan cara mengatasi dari hal yang dirasakan tersebut. Pada perspektif psikologi, perasaan merasa terasing, merasa sendiri, dan sepi diantara keramaian orang, didefinisikan sebagai istilah social loneliness atau social issolation Loneliness - an overview.
Perasaan ini muncul akibat berbagai faktor, beberapa diantaranya; social loneliness terkait dengan pengalaman "peer rejection" atau penolakkan rekan/kelompok/komunitas, pola hubungan kelekatan anak dengan orangtua, ikatan emosi dan pola hubungan tidak memuaskan di dalam relasi sosial, rekan, atau pertemanan, kemiskinan, kesenjangan sosial. Biasanya hal ini, berkaitan juga dengan kurang cakapnya seseorang dalam berinteraksi, menyampaikan pendapat, membangun komunikasi, atau miskonsepsi di dalam kemampuan berinteraksi sosial.
Dr Cacioppo, Ph.D mantan Direktur Pusat kognitif dan sosial Neuroscience di University of Chicago dan seorang Penerima beasiswa NIA, melakukan penelitian Toward a neurology of loneliness. Ia menemukan bahwa, menjadi sendirian (alone) dan kesepian (lonely) merupakan dua hal berbeda, namun terkait. Menjadi sendirian (alone) adalah sebuah keputusan sadar, dimana individu secara fisik, memilih untuk memisahkan diri dari kelompok sosialnya. Sementara kesepian (lonely) adalah sebuah perasaan tertekan, merasa sendirian, atau dipisahkan secara subjektif dari lingkungan sosial. Hal itu memungkinkan, individu merasa kesepian meskipun berada di tengah keramaian.
Gambar 1 diambil dari A Portrait of social isolation and loneliness in Canada today - Angus Reid Institute .
Sebanyak 28 % dari orang dewasa yang berada di Amerika, atau sebanyak 13.8 juta orang, tinggal sendiri dan merasakan kesepian. Catatan Administration for Community Living’s Administration on Aging of the U.S. Department of Health and Human Services, banyak dari mereka tidak merasakan kesepian atau isolasi sosial. Tetapi, pada saat yang sama, beberapa orang mengalami perasaan kesepian meskipun dikelilingi keluarga dan teman. https://acl.gov/sites/default/fi...
Pada tahun 2016–2017 sebuah lembaga riset survey nasional untuk WalesNational menunjukkan, sekitar 440.000 atau sekitar 17% orang dari total populasi warga di Wales, dilaporkan mengalami perasaan "lonely atau kesepian" Research on loneliness . Sepenuhnya, enam dari 10 orang di Kanada (62%) mengatakan bahwa mereka membutuhkan teman dan keluarga, untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama mereka. Hanya sekitar 14% yang menyatakan bahwa mereka benar-benar merasa "sangat baik" dalam hal kehidupan sosial.
Health effects of social isolation, loneliness?
"A key scientific question is whether social isolation and loneliness are two independent processes affecting health differently, or whether loneliness provides a pathway for social isolation to affect health."Liesbeth Nielsen, Ph.D Lis NIELSEN (Lis NIELSEN).
Sebuah penelitian telah menghubungkan, terkait isolasi sosial dan kesepian, memiliki risiko yang lebih tinggi ,untuk berbagai kondisi fisik dan mental, diantaranya: a) tekanan darah tinggi, b) penyakit jantung, c) obesitas, d) sistem kekebalan tubuh melemah, e) kecemasan, f) depresi, g) penurunan kognitif, h)penyakit Alzheimer, dan 1) bahkan Kematian. Older adults reporting social isolation or loneliness show poorer cognitive function 4 years later
Sebaliknya, individu yang terlibat dalam kegiatan bermakna dan produktif bersama orang lain, cenderung memiliki angka hidup lebih lama. Hal tersebut mampu meningkatkan suasana hati, dan pengertian akan tujuan hidup. Kegiatan tersebut juga dapat, membantu menjaga kesejahteraan individu, kesehtan fisik dan mental, serta mampu meningkatkan fungsi kognitif. Loneliness: clinical import and interventions; Loneliness, Social Relations and Health and Wellbeing in Deprived Communities.
Lalu, bagaimana caranya untuk saya menyikapinya?
Hal sederhana yang biasa saya lakukan, ketika social loneliness tiba-tiba datang, di saat saya tengah berada di kerumunan banyak orang, yakni: get the issolation for a while, cari tempat atau spot yang tidak terlalu ramai untuk saya dapat duduk, atau mengambil posisi "tenang dan aman" safe place. Hal itu paling tidak bisa membantu saya, berpikir lebih rasional, menstabilkan emosi dan perasaan, dan memandu saya untuk lebih memahami apa yang sedang saya rasakan, dan apa yang sebaiknya saya lakukan. Karena, mau tidak mau, perasaan social loneliness itu mengganggu, berasal dari kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan yang belum kita ketahui betul apa akar permasalahannnya.
Setelah mendapat spot yang cukup aman dan nyaman, untuk saya menstabilkan diri. Biasanya, saya melakukan relaksasi sederhana, tarik nafas buang nafas, boleh mendengarkan music relaxation, jazz, clasical piano, atau lagu favorit untuk meredakan unconditional feeling kita. Lalu, start journaling, networking, atau answering baik menulis dengan tangan, mengetik di Hp atau laptop, dan media lainnya. Hal ini berguna untuk membantu saya untuk mengetahui, detail kejadian, 5W+1H pola social loneliness yang muncul, karena pencetusnya kan setiap event berbeda ya. Nah, journaling itu membantu kita untuk mempelajari pola apa yang bisa kita antisipasi untuk tidak terjadi lagi. Selain itu, journaling juga membantu saya untuk katarsis (mengungkapkan) seluruh hal yang mungkin tidak bisa saya ungkapkan dalam bentuk lisan. Terkadang, manusia lebih jujur dengan tulisan-tulisan, gambar-gambar, dan bentuk ekspresi seni lainnya kan? ya, saya biasanya membiarkan diri saya meluapkan, sampai habis.
Selanjutnya, apabila kondisi sudah jauh lebih terkendali, perasaan kita mulai stabil, pikiran kita lebih rasional, dan kita bisa menentukan langkah selanjutnya. Saran saya, kalau intensitas dan frekuensi social issolation itu sudah terlalu sering kamu rasakan, dan cukup mengganggu nilai produktivitas dan rutinitasmu, maka pergi atau datanglah ke ahli profesional seperti konselor kesehatan jiwa, psikolog, terapis, life coach, dsb untuk mendapatkan proffesional suggestion dari ahlinya. Karena, permasalahan mental ini bukan lagi hal sepele, tetapi menjadi permasalahan serius yang terus bergerak, sebagai fenomena gunung es ya. Kalau kamu tinggal di DKI Jakarta dan sekitarnya, maka di puskesmas kecamatan dan beberapa rumah sakit, sudah ada layanan gratis untuk konsultasi permasalahan psikologis. Kalaupun kamu malu untuk bertatap muka langsung, kamu bisa menggunakan aplikasi online, untuk melakukan konseling online bersama para ahli di bidangnya. Salah satunya ke sini https://riliv.co/ .
Jangan malu untuk menceritakan permasalahanmu pada ahlinya, karena kerahasiaan dan independensi ceritamu, dijamin tidak akan diketahui oleh siapapun, karena semua hal itu dilindungi oleh kode etik profesionalitas para ahli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar