Saya mengambil aspek yang sempat dikemukakan oleh Robert W. Firestone, Ph.D., seorang dokter psikolog terkenal di negeri seberang sana, penulis dengan berbagai buku psikologi, konsultan. Beliau mengemukakan, ada 6 aspek pendekatan yang bisa dijadikan sedikit parameter seseorang mulai melangkah dari childhood-nya ke adult.
Rationality
Simpelnya saya mengambil pendapat dari Murray Bowen, psikiater sekaligus profesor jurusan Psikologi di Georgetown University, beliau pernah mengatakan dalam satu karya tulisnya,
Adult are able to distinguish between the feeling process and the intellectual process, and [have] the ability to choose between having one’s functioning guided by feelings or by thoughts.
Orang dewasa mempunyai kemampuan untuk membedakan antara proses yang sudah bercampur dengan perasaan, dengan proses dimana intelegensi seseorang bermain, dan dia bisa memilih, mau menempuh keputusan by feeling atau pikiran (logic).
Medium – Get smarter about what matters to you.
Robert W. Firestone, Ph.D. menambahkan, bahwa seseorang yang cenderung dewasa mempunyai kemampuan alias capability yang kuat, terutama dalam membuat keputusan secara rasional, sederhananya mau ngapain dipikir dulu,sehubungan dengan bertumbuh kembang nya prinsip di dalam diri dia dalam mengarungi tantangan-tantangan dalam hidup.
Formulating and Implementing Goals
Tahu apa artinya bab kali ini? Nggak ribet ribet ya, secara sederhana bisa dijelaskan bahwa mulai mempunyai sifat "gak omdo", nggak ngomong doang. Jadi dengan kemampuan berpikirnya yang meningkat dari level sebelumnya, seseorang yang melangkah ke jenjang lebih dewasa memiliki kemampuan untuk formulasi sesuatu ide, kemudian dia berusaha untuk mencapai goal tersebut.
Ayo kita lihat bocil alias bocah cilik. Ketika dia menginginkan permen, bisa jadi dia menahan keinginannya di dalam hati, atau memintanya ke kawan, sampai minta uang ke orang tua untuk membeli permen tersebut.
Nyummy, Refresh Dental | We're pioneering a new culture of dentistry.
Lain halnya nya orang yang sudah menginjak dewasa, pikirannya akan lebih luas rasional dan cenderung planningnya lebih rapi. Bisa jadi ketika dia menginginkan permen, dia akan mengimplementasikan segala sesuatu opsi yang memungkinkan dilakukan, agar meraih permen termasuk keinginan untuk menghasilkan uang secara mandiri, agar dia terus mendapat permen untuk beberapa hari atau beberapa bulan ke depan secara rutin, tidak hanya kala itu doang.
Keinginan inipun berputar di pikiran jika seseorang mempunyai level lebih tinggi daripada childhood. Kepuasan tertentu ketika bisa mendapat goal tersebut, dan ada merasakan sesuatu kekecewaan bila gagal meraih.
Equality in Relationships
Cenderung menginginkan persamaan di hubungan horizontal sesama manusia. Contoh simple seperti anak yang udah berumur agak dewasa, ketika hendak dicium mamanya misalkan, dia mengatakan aku udah bukan anak kecil lagi loh.
Punya malu bisa bila berinteraksi fisik tertentu dengan orang tuanya, alias keluarganya, karena interaksi fisik tertentu tersebut identik dengan perlakuan fisik terhadap anak kecil: belaian, pelukan, ciuman sayang dari orang tua ke anak. Biasanya sih gender laki-laki ya yang kaya gini. Gengsi bila dicium mamanya atau papanya.
Social support, BBC - Home
Jadi dia ingin kesetaraan, close relationship alias hubungan dekat, bukan sekedar majority dan minority, atau sang orangtua dan sang bayi atau anak kecil, dimana konsep-konsep seperti "kebutuhan untuk dilindungi" dan "keterbutuhan komando orang tua" dalam kegiatan sehari-hari sudah mulai dia tinggalkan, karena itu tadi, pikirannya sudah berkembang, rasional, merasa meningkat levelnya dari sekedar anak kecil.
Dipikirannya juga sudah berkembang yang banyak, mengenal give-and-take dalam dunia sosial. Kalau sayapnya kosakata ini kita lebarin, maka dia sudah mencapai level ketika dia akan melakukan sesuatu dia sudah paham akan konsekuensinya, dan social structure masyarakat sekitar, menganggap dia secara kode etik masyarakat memang berhak dan pantas menerima konsekuensi yang diperbuatnya.
Butuh contoh? Anak kecil mencuri deh. Mungkin masih ada konsekuensi moril dari orang tua seperti jewer tampar, bahkan dari masyarakat sekitar. Coba kalau orang dewasa yang mencuri? karena sudah dipikirkan oleh masyarakat sekitar dia adalah orang dewasa yang tahu mana baik mana buruk, alhasil masuk penjara deh. Kalau nggak di gebukin sampai bonyok.
Active versus Passive
Psikolog bule kita, Robert W. Firestone, Ph.D, mengatakan, orang dewasa itu cenderung proaktif, dan self-assertive (assertive seperti kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang dia inginkan, butuhkan, lebih ke komunikasi efektif, yang memperlihatkan prinsip, serta sudut dimana dia meyakini kebenaran sejauh yang dianggap sebagai kebenaran), serta independen.
Lebih berpikir ke solusi, kemampuan pasang badan untuk berani menapaki kehidupan secara gentle, tidak sekadar sebagai "hanya korban kehidupan", tapi dia mau meraih segala usaha untuk mencapai goal dalam kehidupannya, tidak hanya menggantungkan diri sesuatu yang gak jelas, HP emang di dalam dirinya sudah mulai ada keinginan untuk survival.
Nggak ada duit. Mau duduk di pojokan kamar berhari-hari, berharap ada yang memberi duit, atau mulai berpikir sesuatu yang bisa menghasilkan duit secara rutin?
Non-defensiveness and Openness
Lebih ke kritikan negatif ya yang masuk ke dalam dirinya dari pihak lain. Tidak serta merta langsung emosi, marah dan sebagainya, tapi pada level tertentu di kedewasaan, dia mulai mau sadar diri, menerimanya sebagai bahan instropeksi (meski pada sebagian orang ada titik tertentu susah menerima feedback negatif dari pihak ketiga) namun rasa survival yang muncul beriringan dengan pemikirannya yang makin dewasa, memunculkan motivasi diri, bahkan pengembangan pengetahuan alias knowledge, menggelitik ke memacu diri dalam menemukan ide baru.
Wajar sih namanya dewasa juga identik dengan pemikiran yang realistis. Segala apa yang masuk di dalam pikiran, bisa disaring dia dengan baik. Akhirnya kedewasaan membawa dirinya untuk menemukan jalan yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Personal Power
Serentetan poin di atas menjadi satu, membuat dia memiliki power untuk mengatur dirinya sendiri. Keputusan apa yang akan dia buat, dipikirkan dulu dengan sebaik-baiknya, kemudian ketika sudah melakukan planning, dia akan progress untuk meraih tujuan yang sudah di rencanakan. Di sini nantinya akan timbul arah tertentu langkahnya dalam kehidupan dalam mencapai takdirnya sebagai manusia.
Mau jadi orang baik, mengetahui bahwa menghormati orang akan berbalik orang akan menghormati dia, darah bisnisnya bermain di dalam jadi dia niat untuk menjadi pebisnis, dan sederet konotasi positif lainnya, orang barat menyebutnya dengan "destiny".
Jalan takdir, CCCFellowship | CCCF
Beberapa poin yaitu yang bisa kita pijak, meskipun pada wacana lain mungkin ada poin-poin yang lebih masuk akal, more simple, seperti beberapa poin di atas, untuk mengetahui di titik mana kemarin kemarin kita mulai berpijak ke level kedewasaan diri kita sendiri.
Tapi jangan salah, poin-poin yang telah saya ulas bisa saja satu atau dua aspek bisa menjadi pengingat kita, bahwa secara biologi kita udah dewasa, tapi ada faktor-faktor tertentu yang belum kita gali dengan maksimal, bukan tidak mungkin ketertinggalan poin tersebut diatas menyebabkan kita pernah dianggap sebagai childish.
Semoga bermanfaat dengan wacana renyah di atas, dan harapan saya kita sama-sama tetap stay untuk be positive, dan terdorong untuk melakukan banyak hal kebaikan, demi kepentingan bersama.
Belajar dewasa lagi kuy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar