Senin, 13 Januari 2020

RASA DAN LOGIKA

Oke, ini skenarionya. Gempa 9.0 Skala Mercalli dengan episentrum pesisir di kedalaman 15 kilometer (ini sudah pernah terjadi, jadi jangan berfikir tidak bisa terjadi). Tentu saja, daerah sekitar luluh lantak. Lalu. air laut menyurut. Puluhan meter. Dengan cepat. Begitu cepat sehingga karang-karang yang kini terlihat tampak dipenuhi ikan yang tak sempat mengejar surutnya air.

Apa yang lantas akan terjadi?

Ya, tsunami. Berapa lama waktu yang tersisa sebelum tsunami akan mencapai pantai dan menerjang daratan? Ini pertanyaan bagus!

Beberapa jam lalu 2 Disaster Response Unit (DRU) DRD-SGFSS yang berada di Sumur (Sumur itu nama kecamatan. kalau Anda ingin jalan-jalan ke Taman Nasional Ujung Kulon via hutan belantara dan pesisir pantai, inilah pintu gerbangnya), Banten, mengabarkan alarm peringatan. Pengamatan mereka, erupsi Anak Krakatau makin kuat dengan interval yang makin tinggi. 

Disaster Mission Coordinator DRD-SGFSS untuk Banten-Lampung, Wisnu Pradana langsung memberi kode CAPD (Clear and Present Danger) pada koordinator DRD di Sumur, Sawungalih Euginia. CAPD adalah kode-keras untuk high-alert for all posibility. Kalau CAPD sudah dikirim, volunteer paling nekat dan cuek pun bakal sibuk nyari partnernya (DRD-SGFSS memakai metode buddy-system ; Anda bertanggungjawab penuh pada keselamatan partner Anda, seperti juga partner Anda bertanggungjawab penuh pada keselamatan Anda).

Dari saluran WA mereka yang saya pantau, pembicaraan mereka sangat intens. Wisnu dan Galih, langsung sibuk mengecek dan memastikan exit route dan safety parameter yang yang sudah ditetapkan sejak awal operasi. Semua kembali dicek untuk memastikan bahwa pilihan itu memang paling memungkinkan. Bukan cuma untuk para penyintas tapi juga para sukarelawan. Percakapan mereka mirip dengan diskusi di Bandung Basecamp dua tahun lalu.

Saat itu, DRD SGFSS menguji metode DAAM, Disaster Area Approaching Methods - Metode Pendekatan Daerah Bencana. Metode ini digunakan untuk mengukur secara umum tingkat bahaya daerah bencana setelah bencana terjadi, apakah ada kemungkinan bahaya susulan serta bagaimana dan kapan memasuki daerah bencana dengan aman. Prinsip dasarnya sederhana ; tidak ada bencana tunggal. Lalu, perbedaan kondisi geografis, geologis, bahkan sosial budaya menjadi penting untuk diukur agar penanggulangan bencana bisa dilakukan dengan efektif dan aman - artinya tidak menimbulkan potensi bahaya atau korban baru.

Nah, kalau Anda bingung, mari kembali ke pertanyaan di awal ; kapan tsunami melanda setelah gempa? Pertanyaan ini bisa dijawab jika data-data gempa diperoleh dan dianalisa. Bahkan dengan data-data itu, besaran tsunaminya pun bisa diprediksi, sehingga waktu yang paling tepat untuk memasuki daerah bencana tadi bisa ditentukan. Jika tidak, bisa saja Anda memasuki daerah bencana hanya untuk disapu oleh tsunami yang datang belakangan. Hanya karena Anda terlalu bersemangat!

DAAM bukan metode luar biasa. Metode ini digunakan diseluruh dunia namun kerap diabaikan karena gagalnya logika kita untuk bekerja. Secara teknis, DAAM selalu dikesampingkan. Ini terlihat dari sering gagalnya operasi penanggulangan bencana untuk secara terus menerus mengawasi dan menganalisa titik atau sumber bencana. Pekerjaan ini memang tidak gagah. Jauh lebih gagah numpak mobil dengan sirene meraung-raung masuk ke daerah bencana dan membopong korban ke daerah aman. Lebih heroik! Lebih keren buat selfi atau bikin video-live! 

Dalam beberapa bencana dengan sumber bencana yang terus menerus aktif (letusan gunung api, kebakaran hutan atau banjir bandang), DAAM menjadi sangat penting. Tak kalah penting adalah menginformasikan potensi bencana susulan ini secara luas dan cepat kepada setiap individu yang bekerja dalam operasi penanggulangan bencana. Kalau tidak, sama aja bo'ong!

Di DRD SGFSS, ada beberapa unit penanggulangan bencana. salah satunya DQR - Disaster Quick Response. Unit ini bertugas mencapai lokasi bencana secepatnya, melakukan disaster mapping, membangun sarana komunikasi dan koordinasi juga melakukan disaster area orientation untuk menemukan dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk bertahan hidup ; sumber air bersih, misalnya. Setelah DAAM diterapkan di semua operasi DRD SGFSS, tugas DQR bertambah ; menyusuri alur bencana dan mengawasi titik pusat bencana. Tugas ini bikin merinding, karena mereka mau tidak mau harus berada sedekat mungkin dengan sumber bencana tadi. 

Itulah sebabnya, DRD SGFSS sedang sibuk menabung karena bermaksud mengembangkan DQR agar memiliki Motorized-Unit, unit DQR yang dilengkapi dengan peralatan memadai sehingga bisa melaksanakan tugas terakhirnya tadi. Motorized-Unit itu bisa saja berupa Mororized-Paralayang, ATV, Trikke atau Mountain Bike. Memang cara lain yang lebih aman dan "manusiawi" bisa dilakukan. Misalnya dengan menggunakan unmanned drone seperti yang saat ini dilakukan DRD SGFSS. Namun Motorized Unit memiliki kelebihan lain. Unit ini bisa juga digunakan untuk keperluan evakuasi atau logistic-dropping jika terpaksa.

Sekarang, mari kita analisa fakta bencana di Banten dan Lampung. Sumber bencananya erupsi Anak Karakatau. Dan masih berlangsung. Gempa vulkanik dari erupsi itu masih mungkin terjadi dan longsoran bawah laut masih bisa terjadi. Artinya, bahaya tsunami masih mengintai!

Saya, sejak kemarin, diajak beberapa teman untuk menemani mereka masuk ke lokasi bencana. Apa lagi kalau bukan untuk menyalurkan bantuan. Itu, sumpah, niat yang sangat mulia. namun, maaf, bodoh! Jangan sewot dulu. Pertama, kita harus sadar, sebenarnya (kalau operasi penanggulangan bencana dilakukan dengan metode yang baik dan benar), daerah bencana itu daerah tertutup, terlarang dan tidak boleh dimasuki seenaknya. Alasannya ya itu tadi, kemungkinan bahaya yang masih bisa timbul. Lalu disaster-traffic management pun akan terdampak. Singkatnya, kehadiran kita (yang nggak penting-penting amat) justru membuat crowded yang tidak perlu!

Jadi, maaf, saya mah lebih suka menyalurkan bantuan pada lembaga atau organisasi resmi yang kompeten untuk itu. Tanpa menafikkan niat Anda semua ; membantu sesama itu tidak cukup dengan rasa. Kita juga butuh kameraman, eh... logika. :P

Jadi, gunakanlah keduanya!

#BePrepared
#HidupGolPut
#DRD_SGFSS

Sumber : Wendy danoeatmadja (fb) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APA YANG TERJADI JIKA ADA BLACK HOLE SEBESAR 2 CM DIDEPAN KAMU?

Habis saya. Hancur. Binasa. Lenyap. Tentu saja bukan hanya saya yang akan terkena dampaknya, tapi juga planet Bumi. Ini jelas  Skenario Kiam...