Alchemy atau alkimia adalah ilmu sains kuno yang menggabungkan kimia, fisika, astrologi, seni, semiotika, metalurgi, kedokteran, mistisisme (sihir), dan agama.
Simbol-simbol Alchemy
Dua tujuan yang digemari oleh banyak ahli alkimia adalah:
- Philosopher's stone, sebuah zat mitos yang memungkinkan terjadinya transmutasi logam biasa menjadi emas
- Panacea universal, yaitu obat yang dapat menyembuhkan segala penyakit dan memperpanjang usia.
Menurut legenda, alchemy berasal dari Mesir yang merupakan salah satu cabang dari ilmu Hermes-Thoth atau Thrice-Great Hermes (Hermes Trismegistus). Ilmu tersebut berisi 42 Kitab Pengetahuan, yang mencakup semua bidang pengetahuan, termasuk alkimia. Tablet Emerald" atau Hermetica karya Thrice-Greatest Hermes, secara umum diakui telah membentuk dasar praktik dan filsafat alkimia Barat, yang disebut filsafat rahasia oleh para praktisi. Inti pertama "Tablet Emerald" menyampaikan tujuan ilmu hermetis: "sebenar-benarnya, seyakin-yakinnya, dan tanpa keraguan. Ini adalah keyakinan makrokosmos-mikrokosmos inti bagi filsafat hermetis. Dengan kata lain, tubuh manusia (mikrokosm) dipengaruhi oleh dunia luar (makrokosm), yang mencakup langit melalui astrologi, dan bumi melalui unsur
Di Tiongkok, para Alchemist mengembangkan obat-obatan. Philosopher's Stone milik alkimiawan Eropa memiliki kemiripan dengan Grand Elixir of Immortality yang dicari-cari para alkimiawan Tiongkok. Bubuk hitam mungkin merupakan ciptaan terpenting alkimiawan Tiongkok. Bubuk hitam ini disebut-sebut dalam teks abad ke-9 dan sudah digunakan dalam kembang api pada abad ke-10, bubuk ini juga sudah digunakan dalam meriam pada 1290 dan bubuk ini yang dikemudian hari disebut sebagai bubuk mesiu.
Al Jabir, Ilmuwan Kimia Muslim yang Berpengaruh dalam Perkembangan Alchemy
Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, fokus perkembangan alchemy berpindah ke Timur Tengah. Dunia Islam merupakan tempat peleburan bagi alchemy. Pemikiran Platonis dan Aristotelian, yang sudah sedikit-banyak disisihkan, terus dikaji. Alkimiawan Islam seperti Abu Bakar Muhammad bin Zakariya al-Razi juga menyumbangkan temuan-temuan kimiawi penting, seperti teknik penyulingan (kata alembic dan al-kohol berasal dari Bahasa Arab), asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat, al-natrun, dan alkali yang kemudian menjadi nama untuk unsur natrium dan kalium dan banyak lagi. Penemuan bahwa air raja atau aqua regia, campuran asam nitrat dengan asam klorida, dapat melarutkan emas, adalah penemuan yang mengompori imajinasi para alkimiawan selama seribu tahun berikutnya.
Para filsuf Islam juga memberikan sumbangan besar untuk hermetisisme alkimia. Penulis yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah Jabir bin Hayyan. Tujuan utama Jabir adalah takwin, penciptaan buatan makhluk hidup dalam laboratorium alkimia, hingga dan termasuk manusia. Ia menganalisis setiap unsur Aristotelian, panas, dingin, kering, dan lembab.
Menurut Jabir, dalam setiap logam, dua sifat ini berada di dalam dan dua berada di luar. Misalnya, timah itu dingin dan kering di luar, sedangkan emas itu panas dan lembap. Maka, Jabir berteori, dengan mengatur ulang sifat-sifat sebuah logam, bisa dihasilkan logam lain. Dengan penalaran ini, pencarian Phylosopher's stone diperkenalkan dalam alkimia Barat. Jabir mengembangkan numerologi yang rumit, yakni huruf-akar dari nama sebuah zat dalam Bahasa Arab, jika ditransformasi, akan berkaitan dengan sifat fisika unsur tersebut.
Paus Johannes XXII pada awal tahun 1300 mengeluarkan fatwa mengharamkan alchemy, di mana hasilnya adalah membersihkan semua personil gereja dari praktik seni & sains. Alkimia dijaga kehidupannya oleh orang semacam Nicolas Flamel.
Alkimia Eropa terus berlanjut seperti ini hingga terbitnya Zaman Renaisans. Era ini juga menyaksikan menjamurnya penipu yang menggunakan tipuan kimiawi dan sulap untuk "menunjulan" transmutasi logam biasa menjadi emas.
Nicolas Flammel, Alchemist
Tokoh penting pada masa ini adalah Philippus Aureolus Paracelsus yang mencetak alkimia menjadi bentuk baru, menolak sebagian okultisme yang telah dipercaya selama bertahun-tahun, mempromosikan penggunaan pengamatan dan eksperimen untuk mempelajari tubuh manusia. Ia juga menolak tradisi Gnostisisme, tetapi mempertahankan sebagian besar filsafat Hermetis, neo-Platonis, dan Pythagorean; namun, ilmu Hermetis memuat begitu banyak teori Aristotelian sehingga penolakannya terhadap Gnostisisme hampir tak ada artinya. Khususnya, Paracelsus menolak teori-teori sihir Agrippa dan Flamel. Ia tak menganggap dirinya seorang penyihir, dan mengecam orang-orang yang mengaku demikian.
Paracelsus merintis penggunaan zat kimia dan mineral dalam bidang kedokteran, dan menulis "Banyak orang berkata bahwa alkimia bertujuan membuat emas dan perak. Bagiku, tujuan alchemy bukan itu, melainkan untuk mempelajari kebaikan dan kekuatan yang terkandung dalam obat". Pandangan hermetisnya adalah bahwa penyakit dan kesehatan dalam tubuh bergantung pada keselarasan antara manusia si mikrokosmo dan Alam si makrokosmo. Ia memakai pendekatan yang berbeda dengan para pendahulunya, yakni menggunakan analogi ini bukan dalam rangka pemurnian-jiwa, tetapi dengan maksud bahwa manusia harus memiliki keseimbangan mineral tertentu dalam tubuhnya, dan bahwa penyakit-penyakit tubuh tertentu dapat disembuhkan dengan obat tertentu. Meskipun upayanya mengobati penyakit dengan obat seperti air raksa mungkin tampak keliru dari sudut pandang modern, gagasan dasarnya tentang obat kimiawi ternyata bertahan diuji waktu.
Berakhirnya alchemy Barat disebabkan oleh bangkitnya sains modern, yang menekankan eksperimentasi yang setepat-tepatnya dan menganggap remeh "kebijaksanaan kuno".
Robert Boyle yang mencetuskan hukum gas (hukum Boyle) merintis metode ilmiah dalam penyelidikan kimiawi. Ia tidak memiliki asumsi apa-apa dalam eksperimennya dan ia menghimpun tiap data yang relevan. dalam sebuah eksperimen, Boyle akan mencatat tempat di mana eksperimen berlangsung, karakteristik angin, posisi matahari dan bulan, dan angka barometer, siapa tahu hal-hal tersebut terbukti relevan. Pendekatan ini suatu saat membawa pada pembentukan ilmu kimia modern pada abad 18 dan abad 19, Berdasarkan penemuan revolusioner dari Lavoisier dan John Dalton. yang pada akhirnya menyediakan kerangka kerja yang logis, kuantitatif dan dapat diandalkan untuk memahami transmutasi materi, serta mengungkapkan kegagalan tujuan alchemy yang telah berlangsung lama.
Sementara itu, alchemist Paracelsian menuntun pada pengembangan ilmu obat-obatan modern. Para eksperimentalis secara berangsur-angsur menemukan cara kerja tubuh manusia, seperti peredaran darah (Harvey, 1616), dan pada suatu saat mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh infeksi kuman (Koch and Pasteur, abad 19) atau kekurangan vitamin dan zat gizi alami. Didukung oleh perkembangan paralel dalam ilmu kimia organik, ilmu pengetahuan baru itu dengan mudahnya menggeser alchemy dari perannya di bidang medis, interpretif dan preskriptif, sekaligus mengurangi harapan terhadap obat/ramuan ajaib dan membeberkan ketidakefektifan dan bahkan kadar racun yang dimiliki obat semacam itu.
Maka, ketika ilmu pengetahuan dengan mantap berlanjut menguak tabir dan merasionalkan mesin waktu alam semesta, yeng dibangun pada metafisika materialistik-nya sendiri, Alchemy dicabut dari hubungannya dengan kimia dan medis.
Dalam dunia seni, alchemy sering dijadikan cerita. Seperti Harry Potter & the Sorcerer Stone. Lalu Opera Faust dan juga novel The Alchemist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar