Senin, 13 Januari 2020

KULMINASI

Jadi gini...

Syahdan, suatu masa, seorang pemimpin dengan nyalang berteriak pada reporter sebuah tivi swasta yang mewawancarainya : "Tai semua! Tai!" teriaknya. Di lain tempat, pemimpin itu juga berlaku sama, berkata kotor dan kasar. Seringkali diikuti sikap agresif. 

Dikritik? Ya iyalah. Pemimpin itu kebetulan hidup di negara demokrasi dan demokrasi adalah satu-satunya sistem pemerintahan dimana semua hal bisa dikoreksi secara terbuka. Namun, para pemandu-sorak pemimpin tadi, tidak lantas diam. "Etika itu nomor dua! Yang penting, yang dia katakan itu benar!"

Baiklah. Aturan main baru di negeri ini ; kebenaran boleh mengabaikan etika! Cateeet...

Tak dinyana, tidak terlalu lama setelah itu, seorang pemimpin yang lebih tinggi, dikritik lagi. Kali ini karena tindakannya dianggap bertentangan dengan kepentingan rakyat. Ini biasa banget dalam demokrasi. Yang sedikit tidak biasa adalah, para pengkritik tadi, melata beramai-ramai di jalan-jalan berbagai kota, berteriak-teriak penuh semangat ; "Dua lima jigo, dua lima jigo si nganu (nama samaran, Red.) begooo..."

Jelas para cheerleaders pemimpin tadi kebakaran jenggot. Meski lebih mudah dipadamkan dibanding kebakaran hutan, sontak mereka berteriak ; "Tak tau adat! Nggak beretika! Kampungaaan..."

Lha, kan teriakan itu benar, bukan?! Kan, aturan mainnya, kebenaran boleh mengabaikan etika?

Di situlah, di kulminasi itu, saya sering merasa sedih (tapi ngakak!)😎ðŸĪŠðŸ˜‰

#BePrepared
#ForEverGolPut

Sumber : Wendy Danoeatmadja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APA YANG TERJADI JIKA ADA BLACK HOLE SEBESAR 2 CM DIDEPAN KAMU?

Habis saya. Hancur. Binasa. Lenyap. Tentu saja bukan hanya saya yang akan terkena dampaknya, tapi juga planet Bumi. Ini jelas  Skenario Kiam...