Suatu hari ada seekor kalajengking yang mau menyebrangi danau, ia meminta tolong dengan siapa pun yang disekitarnya dari burung dll, namun tidak ada satupun yang mau menolongnya.
Sampai kemudian lewatlah seekor Angsa putih, kalajengking itu memanggilnya dan berkata.
“Hai angsa yang cantik, apakah kamu bisa menolongku? Aku hanya ingin menyebrang ke sana. Tolong bantu aku.”
Angsa itu tidak mau. Namun kalajengking itu berkali-kali meyakinkan angsa kalo dia nggak akan menyengatnya. “Lihatlah aku, aku di sini berdiri di sisimu namun tetap tidak menyengatmu. Kenapa kamu tidak bisa percaya denganku? Aku sungguh hanya ingin menyebrangi danau. Semuanya mengacuhkanku.”
Di sini sang angsa menjadi mempertanyakan pikirannya sendiri: Hm iya juga ya. Baiklah, toh hanya 1–2 menit saja waktu yang diperlukan untuk menyebrangi danau.
Akhirnya angsa itu membantu kalajengking tersebut. Kalajengking naik ke punggung sang angsa dan sepanjang perjalanan menyebrang ia tak henti-hentinya memuji kebaikan sang angsa.
Dan sesampainya di tepian, kalajengking itu bersiap melompat ke dataran dan sebelum itu ia menyengat punggung sang angsa.
Angsa itu terkejut, menangis…
"Mengapa kamu melakukan itu?"
Kalajengking itu hanya memperhatikan angsa yang menjerit kesakitan dan kemudian berkata:
"Aku kalajengking. Kamu harusnya tau itu."
Itu tadi sebuah perumpamaan yang saya baca dari buku tentang kepribadian narsisitik oleh Dr. Ramani Durvasula. Dalam kehidupan nyata bila seorang narsistik menjalin hubungan ekslusif dengan orang ia di ibaratkan sebagai seekor kalajengking itu, namun lebih parah. Biasanya dia malah akan 'play-the-blame' kayak "I am who I am, there's nothing wrong with who I am. It was not all my fault. It was your fault too."
Seorang narsisis menjalin hubungan percintaan yang punya benefit tersendiri untuk dirinya. Perlu diketahui mereka ini sangat sensitif terhadap kritik.
Jadi kalo kamu menunjukkan ketidak pedulian sama dia, tentu dia akan MURKA yang antara dua nih: dia akan mencari orang lain atau dia akan tetap menerapkan power-abuse dengan cara gaslighting.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang karakter narsistik ini bisa coba baca buku dari dokter Ramani Durvasula yang membahas tentang hubungan dengan seorang narsistik ini, ini bukunya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar