(peringatan: jawaban berikut menggambarkan sesuatu yang tidak berkeperibinatangan dan membuat sedih)
Alasan pertama adalah bahwa tubuh gajah tidak didesain untuk dikendarai sebagaimana kuda. Gajah memiliki tonjolan tulang tajam yang memanjang ke atas dari tulang belakang mereka (lihat gambar). Tonjolan bertulang ini dan jaringan yang melindunginya rentan terhadap berat dan tekanan yang datang dari atas. Kursi-kursi yang digunakan oleh tempat-tempat wisata untuk naik gajah melemahkan jaringan dan tulang di punggung gajah, merusak kulit, menyebabkan memar yang menyakitkan, dan dapat melumpuhkan gajah seumur hidup.
Alasan kedua adalah phajaan. Phajaan, yang dalam bahasa Thailand berarti "menghancurkan," adalah metode untuk melatih gajah yang digunakan oleh pelatih gajah di seluruh dunia, meskipun terkadang penyebutannya berbeda tergantung tempat. Tujuan dari phajaan adalah untuk menghancurkan semangat gajah sehingga kehilangan keinginan untuk tidak patuh.
Biasanya, bayi gajah diambil dari keluarganya -keluarganyapun tidak jarang dibantai supaya anaknya bisa diambil- dan kemudian dibawa ke sebuah kamp di mana dia ditempatkan di sebuah kandang kecil. Keempat kakinya diikat ke pasak, kepalanya juga. "Pelatih" membuatnya kelaparan, memukulinya dengan tongkat dan paku serta pisau dan palu (tidak jarang anak-anak gajah mati selama penyiksaan ini). Kemudian mereka menjualnya ke sirkus untuk dilatih untuk melakukan atraksi dan melukis, atau dijual ke tempat wisata dimana ia dilatih untuk bermain-main di pantai dengan turis atau dibawa sebagai teman meminta tip di jalanan oleh pawang. Pawang tersebut memiliki kait atau paku yang disembunyikan di telapak tangannya untuk mengontrol si gajah. Ketika dia menjadi terlalu besar dan tidak lagi "imut", maka sebuah bingkai diikatkan ke punggungnya dan dia dipekerjakan untuk memberikan tunggangan kepada wisatawan sampai dia menjadi gila atau mati.
Salah satu hal yang paling mengerikan tentang bagaimana gajah "dijinakkan" adalah usia di mana mereka dipisahkan dari keluarga mereka. Pelatih gajah memisahkan bayi dari ibu mereka ketika si bayi sekecil mungkin, sebelum mereka terlalu banyak belajar tentang bagaimana menjadi gajah dan cara menggunakan otak dan otot mereka. Seperti halnya manusia, gajah memiliki otak besar yang rumit dan mereka membutuhkan waktu lama untuk tumbuh menjadi dewasa. Anak kucing membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menjadi kucing dewasa yang memiliki semua pengetahuan yang dibutuhkannya untuk hidup di dunia. Tetapi bayi gajah butuh dua tahun untuk belajar menggunakan belalainya - jumlah waktu tersebut sama dengan yang dibutuhkan oleh seorang anak manusia untuk belajar berjalan. Melewati tahun keempat mereka, gajah sudah bisa dibilang tumbuh besar.
Seekor gajah mencapai pubertas di masa remajanya - seperti manusia - dan seekor gajah liar memiliki umur hidup yang kurang lebih sama dengan manusia. (Umur harapan hidup gajah hanya setengahnya dari itu jika si gajah tinggal di penangkaran).
Bayangkan jika bayi Anda yang berusia 6 bulan diikat dalam sangkar dan disiksa sehingga menyerupai zombie sebelum dia bahkan tahu apa artinya menjadi manusia. Atau anak Anda yang berumur dua tahun. Atau anakmu yang berumur enam tahun. Bayi-bayi gajah yang dilatih ini adalah BAYI, BALITA, dan ANAK-ANAK.
Otak gajah memiliki rasio ukuran hippocampus terbesar dibandingkan hewan lain di Bumi - termasuk primata, lumba-lumba, dan manusia - yang berarti bahwa mereka juga memiliki rasa cinta yang mendalam juga penderitaan yang dalam. Banyak bayi-bayi gajah yang menjadi yatim piatu karena pemburu, mati karena merasakan kesedihan yang terlalu dalam setelah berpisah dengan ibu mereka. Gajah-gajah yang melayani turis dan dulunya dipisahkan dari induknya banyak yang menderita gangguan stres pascatrauma, sebagaimana prajurit manusia yang pernah bertempur di medan perang.
Mengendarai gajah merupakan hal yang kejam terhadap gajah baik secara fisik dan emosional, dan efek buruknya bertahan seumur hidup mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar