Selasa, 14 Januari 2020

GENERASI SANDWICH

Pernah denger tentang sandwich generation?

Istilah generasi sandwich sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody, di tahun 1981 melalui jurnal dengan judul 'The 'sandwich' generation: adult children of the aging'.

Istilah ini merujuk pada kondisi seseorang yang terjepit pada dua tanggung jawab keuangan sekaligus. Dalam perencanaan keuangan, orang yang terhimpit antara kebutuhannya sendiri dengan keperluan orang lain seperti orang tua atau kerabat, dikenal dengan istilah sandwich generation.

Pada intinya sandwich generation ini nggak bakal terjadi kalo orangtua nggak punya ‘mindset’ kalo anak adalah investasi berjalan. Dalam arti seharusnya, orangtua punya kesiapan dalam perencanaan keuangan di hari tua sehingga tidak membebani mental dan kebutuhan finansial generasi selanjutnya yang mana mereka yang sudah berkeluarga ‘diwajibkan’ menghidupi kebutuhan orangtua di hari tua secara penuh atau kebutuhan anggota keluarga lainnya (adik atau grandparents)

Ini terdengar sepele, tapi kita nggak bisa mengacuhkan kalo di Indonesia sendiri sering sekali terjadi banyak konflik rumah tangga yang disebabkan oleh ‘gesekan’ dari orangtua/mertua. Sering denger kan ada cowok-cowok yang harus memilah prioritas antara ibunya atau istrinya. Jadinya apa, konflik rumah tangga yang bahkan sering kali berujung ke perceraian. Saya bilang begini, karena ada beberapa teman saya yang cerai karena ‘ga kuat’ sama intervensi mertua dalam hal apapun (terutama di segi finansial).

Pengelolaan uang untuk jaminan hari tua ini terkadang masih sering disepelekan. Salah satu kiat untuk memutus rantai sandwich generation ini yaitu adalah membuat perencanaan keuangan sedini mungkin dan JANGAN memakai mindset kalo anak itu disekolahin tinggi-tinggi biar kalo udah kerja bisa nanggung semua kebutuhanmu di hari tua nanti.

Hati-hati, generasi sandwich ini rentan sama tekanan psikologis banget.

Ada juga contoh lain,

Kebiasaan orang tua Indonesia memberi uang saku yang jumlahnya kian besar seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan bertambahnya usia sang anak.

Hal tersebut akhirnya membawa imbas ke masalah lain. Seiring dengan berjalannya waktu, anak tersebut akhirnya dewasa dan terbiasa dengan pendapatan pasif yang didapatkan dari orang tua. Dirinya pun merasa pendapatan yang didapat di dunia kerja juga harus lebih besar dari yang diberi oleh orang tuanya.

Jadi money oriented gitu loh. Pahamnya nyari duit yang segede-gedenya, bukan memahami cara mengelola keuangan dengan baik tanpa memedulikan berbagai kemungkinan buruk di kemudian hari. Akhirnya? Konflik deh tu apalagi kalo yang udah berumah tangga (intervensi luar dibiarkan atau dituruti terus menerus)

Nah iya, pada akhirnya jadi rantai yang berujung pada fenomena sandwich generation yang menyita kondisi secara psikologis, ini jadi masalah serius dan paling banyak terjadi di generasi milenial, sampai ke burnout hingga memuncak tanpa disadari menjadi depresi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APA YANG TERJADI JIKA ADA BLACK HOLE SEBESAR 2 CM DIDEPAN KAMU?

Habis saya. Hancur. Binasa. Lenyap. Tentu saja bukan hanya saya yang akan terkena dampaknya, tapi juga planet Bumi. Ini jelas  Skenario Kiam...