Kamis, 16 Januari 2020

BRAIN RAPE

Ini Erlich Bachman (abaikan quote-nya)

Erlich adalah salah satu tokoh sentral di Silicon Valley, satu dari sekian banyak serial TV besutan HBO.

Dalam salah satu episodenya, Pied Piper —sebuah startup di bidang algoritma kompresi, dengan Erlich sebagai mentornya— diundang untuk pitching di hadapan para investor.

Di tengah meeting, Erlich mencium aroma yang nggak beres dengan pitching bisnis mereka yang lambat laun mulai berbelok ke, coba tebak, teknis.

Erlich lalu bilang gini ke rekannya, Jared.

"Jared, gue mau ke belakang nih. Lu mau ikut ngga??"

*wink*

Paham dengan kode kedipan mata Erlich, Jared pun mengiyakan.

"Ya udah yuk"

Dan mereka pun keluar ruangan. Erlich menutup pintu dan bilang,

"Anjir, kayanya mereka lagi nyuri ide kita deh"

"Iya bener! Panggil Richard (CEO Pied Piper) buruan bro!" Pungkas Jared.

Richard pun keluar ruangan dengan ogah-ogahan.

"Apaan sih lu pada, orang lagi asik-asik jelasin juga!" Omel Richard

"Richard, they're brain raped us!!!" Ujar Erlich

"Bener banget, di perusahaan gue yang lama kita sering banget pake trik kaya gini." Timpal Jared

"Kita menjadwalkan pertemuan dengan CEO sebuah startup dengan dalih mau invest ke mereka. Kita lalu meminta mereka menjelaskan teknologi mereka dan ide segar yang kita dapat kita terapkan pada produk-produk kita, seperti yang pernah terjadi pada YELP" Lanjutnya

Dan bisa ditebak seperti apa kelanjutannya😂😂

"CABUT WOY, BUBAR BUBAAAR!!! BGSD LO SEMUAAA BUBAAR!!! APA LU FOTO-FOTO??!"


Jawaban bu Retno Ika Safitri dan mayoritas jawaban di sini—yang secara garis besar 'menyepelekan' arti sebuah gagasan—saya kira perfectly understandable, given eksekusinya nol besar. TAPI, tapi ingat bahwa suatu tim startup tidak hanya sekali dua kali diundang oleh investor loh. Dan dari sekian banyak undangan itu pasti ada satu-dua undangan dari investor gadungan yang cuma ingin, uhm, gimana bilangnya ya, 'brain rape'? atau sekedar ingin mencuri solusi yang dimiliki oleh calon penyandang dana.

Tidak hanya itu, fenomena 'brain rape' juga melanda dunia rekrutmen di Indonesia.

Seorang teman lama di ITB dulu—yang baru saja kemarin siang dikukuhkan sebagai doktor—belum lama ini resign dari pekerjaannya.

Dia sempat bercerita tentang betapa 'tricky' dan 'kejamnya' dunia wawancara kerja saat ini. Walaupun ini hanyalah sebuah car talk ngalor-ngidul, saya kira pengalamannya ini layak untuk dibagikan.

Sebagai anak teknik yang punya pengalaman di bidang business solution, dia sempat ditodong bebrapa pertanyaan sensitif terkait teknis dan strategi apa saja yang telah dan akan dia terapkan sebagai VP di perusahaannya yang lama.

Dan namanya anak teknik yang polos yekan, ketika dia sudah tuntas menjelaskan panjang lebar dengan semangat (di depan para senior engineer yang sibuk mencatat), tak lama kemudian wawancara dihentikan dan mereka mengucapkan terima kasih disusul basa-basi seperti "Impresif sekali pak, untuk kelanjutannya nanti kita hubungi lagi. Selamat siang😊"

Kan kampret.

Ini adalah salah satu bentuk brain rape berkedok due diligence yang sangat tidak berkelas, kotor, dan tak beretika.

Terlepas dari anggapan bahwa ide saja itu murah dan tidak berarti apa-apa, indikasi atas kemungkinan adanya brain rape atau pencurian gagasan ketika kita diundang pitching oleh investor tetap perlu untuk diwaspadai.

Peace,

Rabu, 15 Januari 2020

LUMBA-LUMBA VS HIU

Awalnya aku pikir hiu benar-benar takut dengan lumba-lumba, sebab beberapa buku anak mengatakan seperti itu, bahkan beberapa sumber mengatakan bahwa jika ada lumba-lumba maka dipastikan tempat tersebut aman tidak ada hiu.

Ternyata itu tidak sepenuhnya benar!

Faktanya hiu juga menyerang lumba-lumba. Hiu menyerang lumba-lumba yang berukuran lebih kecil tetapi begitupun sebaliknya, lumba-lumba juga menyerang hiu yang berukuran lebih kecil.

Pada dasarnya kedua predator ini memiliki kecenderungan yang sama yakni menarget mangsa yang paling mudah didapat.

Tetapi keduanya memiliki perbedaan dari sifat sosialnya, Hiu merupakan predator yang hidup dan menyendiri sedangkan Lumba-lumba merupakan predator yang hidup berkelompok. Inilah alasan kuat mengapa Hiu seringkali menghindari konfrontasi dengan kawanan Lumba-lumba. Terutama jika kawanan tersebut jumlahnya banyak dan ukurannya relatif besar.

Beberapa teori menyebutkan bahwa Lumba-lumba walaupun tidak memiliki gigi setajam hiu namun memiliki senjata lainnya :

  1. Lumba-lumba berenang lebih cepat dari Hiu. Kecepatan renang Lumba-lumba ialah sekitar 70km/jam sedangkan hiu hanyalah 60km/jam. Selain itu Lumba-lumba juga mampu melakukan manuver vertikal dan horizontal lebih cepat dibandingkan Hiu karena sistem gerak dan desainnya tubuhnya yang lebih lincah.
  2. Lumba-lumba tergolong mamalia dengan rangka tubuh yang sangat kuat dan melindungi sebagian fungsi tubuh vital, sedangkan Hiu memiliki rangka tubuh yang jauh lebih ringkih. Silahkan lihat perbandingan kerangka tubuhnya di bawah.
  3. Lumba-lumba berburu secara berkelompok sehingga memiliki sifat altruistik untuk saling melindungi satu sama lainnya. Ketika yang berukuran kecil di serang oleh Hiu, maka kawanannya akan melindungi.
  4. Walaupun Lumba-lumba memiliki otak yang jauh lebih cerdas dibandingkan Hiu, namun belum ada penelitian yang mampu membuktikan bagaimana lumba-lumba menggunakan kecerdasannya untuk melawan hiu.

Rangka Hiu vs Lumba-lumba

Lumba-lumba merupakan hewan yang memiliki sifat altruistik dimana dia bersedia mengorbankan dirinya untuk individu lain. Sifat ini dibuktikan dengan banyaknya kasus penyelamatan manusia yang dilakukan oleh mamalia laut yang lucu ini.

Jadi walaupun keberadaan lumba-lumba di lautan tidak menjamin kita otomatis aman 100% dari serangan Hiu, namun setidaknya persentase kita akan diselamatkan oleh lumba-lumba dari serangan hiu cukup besar.

DASAR DARI MATEMATIKA

Jika kebenaran dalam sains dibangun atas dasar realita dan eksperimentasi, lalu apa yang menjadi dasar kebenaran dari matematika? - Begitulah kiranya kegalauan matematikawan pada abad ke-19 silam.

Suatu pernyataan matematika memerlukan sebuah bukti agar diterima kebenarannya. Bukti tersebut dapat diperoleh dari penyataan matematika lain yang sudah terbukti kebenarannya, seperti, untuk membuktikan pernyataan A, kita membutuhkan pernyataan B. Tetapi untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan B, kita butuh pernyataan C. Lalu untuk membuktikan pernyataan C, kita butuh pernyataan D, dan seterusnya. Kalau begitu, apa yang mengawali semua deduksi itu? Adakah suatu pernyataan yang memang sudah benar tanpa harus kita buktikan?

Ya, ada! Itulah yang disebut sebagai aksioma.

Apa itu aksioma?

Singkatnya, aksioma adalah pernyataan yang dianggap benar tanpa memerlukan sebuah bukti — bukan tidak bisa dibuktikan, tapi memang tidak memerlukan bukti sama-sekali. Mengapa tidak memerlukan suatu bukti? Karena dia adalah kebenaran yang sudah sangat mendasar, sangat jelas, obviously true. Misalnya seperti ini: salah satu contoh aksioma yang termuat di dalam buku Elements yang ditulis oleh Euclid berkata bahwa:

(Gambar. Ilustrasi Euklid)

Keseluruhan (semesta) selalu lebih besar daripada bagiannya

Pernyataan di atas sudah 'jelas kebenarannya'. Bayangkan, bila Anda memiliki donat yang utuh lalu dipotong menjadi beberapa bagian, maka donat utuh tersebut tentu akan lebih besar daripada potongannya sendiri, ya kan? Ini sudah jelas, tidak perlu dibuktikan. Inilah aksioma.

Akan tetapi aksioma tersebut bisa jadi tidak benar bila kita berbicara di semesta lain. Misalnya semesta pembicaraan kita sekarang adalah himpunan takhingga, atau himpunan yang memiliki jumlah anggota sebanyak takhingga buah. Himpunan bilangan bulat, dinotasikan dengan Z, memiliki anggota sebanyak takhingga. Dituliskan

Z={,3,2,1,0,1,2,3,}

Nah, bila kita mengambil sebagian anggota dari Z yang positifnya saja lalu kita himpun dan menotasikannya dengan N, maka diperoleh himpunan baru

N={1,2,3,4,5,}

Pertanyaan untuk Anda adalah: himpunan mana yang anggotanya lebih banyak: Z ataukah N? Bila merujuk pada aksioma Euklid, maka mestilah kardinalitas (banyaknya anggota) Z lebih besar daripada N, ya kan? — tapi ternyata tidak demikian. Itu keliru!

Baik Z ataupun N ternyata memiliki banyak anggota yang sama, meskipun N adalah bagian dari Z. Bagaimana cara melihatnya? Kita bisa mendaftarkan anggota dari himpunan bilangan bulat Z menjadi seperti ini:

Dan anggota dari himpunan N dituliskan seperti ini

Lalu kita pasangkan masing-masing anggota di Z dengan tepat satu anggota di N seperti ini

Kita dapat melihat bahwa semua anggota di Z memiliki pasangan dengan anggota di N. Tidak ada satu pun anggota yang jomlo atau mencoba untuk poligami (memiliki lebih dari satu pasangan). Masing-masing tepat memiliki satu pasangan. Dengan cara seperti ini, kita dapat memasangkan dengan 'habis' seluruh anggota di Z dengan seluruh anggota di N, yang artinya banyaknya anggota Z akan sama dengan banyaknya anggota N — dan voila, aksioma Euklid menjadi tidak benar dalam kasus ini!

Apa artinya? Ketika membicarakan suatu aksioma, kita harus memerhatikan "di mana kebenaran aksioma tersebut dapat berlaku". Aksioma Euklid akan benar jika kita berbicara mengenai sesuatu yang berhingga, tetapi dia menjadi tidak berarti ketika berbicara mengenai ketakterhinggaan. Sebagaimana aksioma Euklid di dalam geometri akan benar jika berbicara mengenai geometri Euklid, tetapi menjadi tidak benar ketika berbicara mengenai geometri non-Euklid. Dan geometri non-Euklid memiliki aksioma lain yang berbeda dengan geometri Euklid.

Kalau begitu, apa mungkin matematika yang dibangun bisa jadi 'berbeda-beda', bergantung pada aksioma mana yang digunakan?

Yup, tepat sekali! Itulah mengapa aksioma disebut sebagai fondasi. Fondasi yang digunakan akan memengaruhi seperti apa bangunan matematika yang akan berdiri, apakah berbentuk seperti rumah, mall, atau yang lebih tinggi daripada itu? Bangunan matematika seperti kalkulus, aljabar dan matematika diskrit yang ada saat ini memiliki fondasi yang bernama Zermelo-Fraenkel Set Theory with Axiom of Choice (ZFC), terdiri 9 aksioma dasar yang diformulasikan oleh Ernest Zermelo dan Abraham Fraenkel pada abad ke-20. Fondasi matematika lainnya adalah Principia Mathematica yang diformulasikan oleh Alfred North Whitehead dan Bertrand Russell.


Fondasi ini haruslah kuat agar bangunannya tidak runtuh, itulah sebabnya matematikawan mensyaratkan bahwa aksioma mestilah konsisten, yang artinya tidak boleh ada pernyataan yang saling bertentangan satu sama lain. Juga aksioma mestilah lengkap, yang artinya dia harus cukup untuk membangun seluruh kebenaran matematika. Akan tetapi pada kenyataannya dua syarat itu mustahil terpenuhi secara bersamaan. Itulah yang dibuktikan oleh Kurt Gödel dalam Teorema Ketidaklengkapan Gödel.

Tidak mungkin suatu sistem dapat lengkap dan konsisten sekaligus. Jika sistem tersebut lengkap, maka dia tidak akan konsisten. Jika sistem tersebut konsisten, maka ada kebenaran yang tidak mungkin dapat dibuktikan.

Teorema ini benar-benar menghancurkan idealisme para matematikawan yang menginginkan sistem aksiomatik yang kokoh dan sempurna ……. dan nyatanya tidak akan pernah terpenuhi.

Ya, itulah aksioma, sesuatu yang menjadi landasan kebenaran dalam matematika, fondasi daripada matematika itu sendiri. Kita mesti menyadari bahwa fondasi itu ternyata tidak kokoh seperti yang diharapkan. Dia memiliki retakan yang entah seberapa besar atau seberapa dalam kerusakannya, yang mungkin akan membuat bangunan matematika itu roboh kapan saja. Apa yang akan terjadi pada sains bila ternyata matematika sendiri itu rapuh, padahal matematika adalah fondasi terkuat dalam sains? Lalu apa sebenarnya kebenaran dalam matematika, jika ternyata kebenaran itu bergantung pada sistem yang dibangun oleh manusia itu sendiri? Well, ini sudah melenceng terlalu jauh. Tapi Anda dapat menikmati pertanyaan ini dengan secangkir kopi di pagi hari.

NEGARA TANPA PEMERINTAH

Saya coba kasih perspektif lain ya, jadi tahukah anda ada negara yang sempat tidak punya pemerintah? Pokoknya ga ada DPR, ga ada DPR, ga ada MPR, ga ada MK, MA, ataupun presiden. Ga ada dirjen pajak, ga ada polisi, ga ada TNI, pokoknya ga ada "aparat negara" ataupun pemerintah. Masyarakat anarki.

Itulah Somalia tahun 1991 - 2006.

Apa yang terjadi?

  1. Tidak ada UU, perda, apapun itu. Yang ada hanyalah hukum adat, yang dikenal sebagai Xeer di Somalia . Hukum tersebut lumayan bertahan dan dipatuhi oleh masyarakat setempat.
  2. Tidak ada pajak, yang ada pungli. Tapi dipikir2, sejatinya pajak itu ya tak ubahnya pungutan yang terorganisasi oleh pemerintah hahaha.
  3. Tingginya tingkat pembunuhan, meskipun begitu termasuk salah satu yang rendah di antara negara2 Afrika. Banyak orang yang emigrasi keluar.
  4. Perusahaan swasta mengambil alih. Sekolah, telekomunikasi, rumah sakit, polisi, pelabuhan, dkk semuanya adalah swasta atau milik individu.
  5. Mata uang? Ya muncullah persaingan. Bayangin kalo rupiah tiba tiba disaingi bitcoin. Bayangin kalo semua tranksaksi make bitcoin. Uniknya karena tidak ada pemerintah yang mencetak uang, inflasi relatif terjaga (karena supply uang tidak bertambah).
  6. Ga ada pemerintah artinya ga ada korupsi haha.

Banyak (terutama dari organisasi beraliran libertarian) yang beranggapan bahwa Somalia adalah salah satu contoh bagaimana pasar bebas mampu bertahan tanpa intervensi pemerintah. Bidang2 yang dimonopoli pemerintah sekarang dilepas ke pasar bebas, dan membangkitkan jiwa enterpreneurship. Para entrepreneur ini bersaing demi konsumen, yang akhirnya menurunkan harga.

Ini bisa diamati dari misalnya penerbangan, dimana penerbangan swasta bersaing dan hasilnya harga bisa turun. Ayo dukung biar penerbangan domestik di Indonesia bisa murah haha. Buka pasar kita sehingga maskapai asing bisa masuk.

Intinya banyak analis yang menjadikan kasus Somalia ini sebagai sebuah tantangan terhadap asumsi dasar bahwa "Pemerintah / Negara itu diperlukan agar sebuah masyarakat dapat berfungsi".

PESAN TERAKHIR KOESNI KASDOET

Nama Aslinya Ignatius Waluyo, tapi orang lebih mengenalnya sebagai Koesni Kasdoet. Dia lahir di Blitar pada tahun 1929 dengan kehidupan yang miskin dan yatim.

Di masa mudanya dia bergabung dengan angkatan Heiho bentukan Jepang, lalu bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Batalyon Rampal. Dia pernah berangkat ke medan pertempuran di Surabaya pada November 1945.

Pada tahun 1947, Koesni Kasdoet berangkat ke Jawa Barat untuk bergerilya dan bergabung kre Brigade Terate. Setelah Revolusi usai, Koesni berniat masuk Korsp militer namun ditolak karena namanya tidak terdaftar sacara resmi dan ada bekas luka tembak di kakinya. Hal ini membuat Koesni kecewa dan dendam kepada pemerintah dan memutuskan untuk balas dendam. Ia bergabung dengan kelompok gangster pada saat itu dan melakukan berbagai tindakan kriminal.

Sekitar tahun 1953 Koesni bersama komplotannya merampok dan membunuh seorang pengusaha terkenal asal Arab bernama Ali Badjened. Berbekal sepucuk pistol, Koesni menembak dan merampok pengusaha itu di kawasan Kebon Sirih Jakarta. Tindakan kriminal ini membuat Koesni dikenal dan menjadi buronan.

Berlanjut tahun 1960, koesni kembali melancarkan aksinya dengan merampok Nasional alias Moseum Gajah Mada di Merdeka Barat Jakarta. Komplotannya berhasil menggondol 11 butir berlian mahal. Seorang petugas keamanan ditembak dan Koesni berhasil kabur.

Alih-alih menikmati hasil rampokannya, Koesni Kasdut malah membaginya kepada orang-orang miskin yang dia temui. Tindakan itu membuat dia dijuluki "Robin Hood Indonesia".

Perbuatannya membantu orang lain dengan cara yang salah tidak berlangsung lama. Koesni Kasdoet ditangkap ketika berusaha menggadaikan permata rampokannya di Semarang. Vonis hakim menjatuhinya hukuman mati.

Pada 16 Februari 1980 sebelum eksekusi Koesni telah bertaubat dan menyesali perbuatannya. Sebelum eksekusi dimulai dia memeluk Ninik anak perempuannya dan meminta maaf karena tidak menjadi ayah yang baik. Koesni pun berpesan agar Ninik menjaga cucu-cucunya.

Terima kasih telah membaca

MUNGKINKAH TELEPORTASI JADI KENYATAAN?

Pertanyaan yang tidak pernah membosankan untuk dibahas. Ilmiah sekaligus sedikit berbumbu paranormal, otak sampai ngebul, hehe. Terima kasih bagi yang bertanya, sungguh menarik.

Pertama-tama saya mau menegaskan bahwa saya hanya akan menyampaikan pemahaman saya dari segi ilmiah, bukan agama, khususnya agama Islam dan Al-Qur'an. Kali aja banyak diantara pembaca yang beragama Islam. Mengapa? Karena bawa-bawa agama dirasa terlalu berat dan saya belum cukup ilmu, ditambah teleportasi dalam agama Islam kebanyakan dimaknai sebagai aktivitas dengan bantuan jin, berdasarkan kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis. Berat, bossque..

Selain itu saya mau mengoreksi pertanyaannya, istilah yang lebih enak mungkin 'perjalanan' waktu, bukan 'perpindahan' waktu, karena sejatinya menurut fisika definisi 'perpindahan waktu' itu tidak ada, adanya pun 'perpindahan benda tiap satuan waktu', dan maknanya tetap beda. Maksud saya, 'perpindahan waktu' itu malah mengaburkan makna, seolah waktunya yang berpindah. Istilah 'perjalanan waktu' mungkin lebih tepat karena waktu memang berjalan, entah itu nantinya menjadi lebih lambat atau lebih cepat, dan bendanya juga melakukan perjalanan diantara waktu. Orang-orang fisika, plis koreksinya kalau saya salah..

Gambar: Michio Kaku dan buku karangannya

Teleportasi dan perjalanan waktu mengingatkan saya pada buku keluaran lama tapi baru selesai saya baca sekitar seminggu yang lalu, judulnya Physics of The Impossible (2008), karangan Michio Kaku. Saya yakin orang-orang fisika, fisikawan, atau mereka yang kuliah jurusan fisika pasti tahu buku itu dan siapa itu pengarangnya. Buat yang belum tahu, Michio Kaku adalah fisikawan Amerika-Jepang dengan konsentrasi bidang string theory. Entahlah apa itu, yang jelas cabang mekanika kuantum yang gila banget deh..

Di bukunya itu, pak Michio mengkategorikan tiga jenis problematika fisika yang sejauh ini diyakini tidak mungkin dilakukan, yakni Ketidakmungkinan kelas I, Ketidakmungkinan kelas II, dan Ketidakmungkinan kelas III. Apa maksudnya?

  1. Ketidakmungkinan Kelas I yakni hal-hal yang dianggap tidak mungkin for today alias untuk sekarang-sekarang ini, namun tidak melanggar kaidah fisika, sehingga masih memungkinkan untuk terjadi walau butuh beberapa ribu tahun. Contoh: Invisibility alias ketidaknampakan/tembus pandang, psychokinesis alias kemampuan memanipulasi objek lewat pikiran, dan lain-lain.
  2. Ketidakmungkinan Kelas II yakni hal-hal yang terlalu jauh dari pemahaman manusia berdasarkan kaidah fisika, sehingga masih dianggap belum jelas kemungkinannya. Kalaupun terjadi, akan butuh beberapa juta tahun untuk mewujudkannya. Contoh: Parallel Universes atau jagat paralel.
  3. Ketidakmungkinan Kelas III yakni hal-hal yang akan melanggar kaidah fisika yang telah diketahui di masa kini, sehingga tidak mungkin dilakukan. Kalaupun terjadi, itu akan membuat pemahaman manusia terhadap fisika melenceng total. Contoh: Precognition alias kemampuan memprediksi kejadian di masa depan (tanpa prosedur ilmiah) seperti di film Final Destination.

Lalu teleportasi dan perjalanan waktu masuk kategori mana? Menurut pak Michio, Teleportasi masuk ke kategori Ketidakmungkinan Kelas I sedangkan Perjalanan Waktu (time travel) masuk ke kategori Ketidakmungkinan Kelas II.

Wah, jadi teleportasi dan time travel bisa dilakukan dong? YA, TELEPORTASI DAN TIME TRAVEL BISA DILAKUKAN, itu kata pak Michio, bukan kata saya. Dua hal itu bisa dilakukan, walau taraf kemungkinannya lebih tinggi untuk teleportasi daripada time travel. Gila, benar-benar gila. Saya saja kaget, karena selama ini saya kira itu hanya khayalan seperti di film Star Trek, The Avengers, dan film-film sci-fi lainnya.

Lalu apa yang membuat teleportasi dan time travel seperti Nobita dan Doraemon bisa dilakukan menurut kaidah fisika?


Yang pertama, TELEPORTASI

Menurut kaidah fisika khususnya hukum-hukum Newton, teleportasi pada awalnya adalah suatu hal yang mustahil dilakukan karena dikatakan bahwa suatu benda tidak akan bergerak jika tidak mendapat gaya, dan suatu benda tidak dapat hilang dan muncul di tempat lain begitu saja.

Suatu ketika, tahun 1920-an Heisenberg, Schrodinger, dan fisikawan lainnya menemukan fakta bahwa partikel elektron ternyata bisa melakukan gerak sembarang dan lompatan-lompatan kuantum tanpa dikenakan gaya, berbeda dengan hukum-hukum Newton itu. Penemuan Heisenberg, Schrodinger, and the gang ini nampaknya sedikit mencerahkan hukum-hukum Newton yaa.. Tapi bagaimana kelanjutannya? Baca terus.

Kemudian, gara-gara penemuan itu, entah dua tahun atau tiga tahun setelahnya (saya lupa juga sih..), Heisenberg merumuskan suatu prinsip, yang di dunia fisika dan matematika sekarang dikenal sebagai Ketidakpastian Heisenberg. Prinsip itu mengatakan bahwa kita tidak dapat menentukan posisi dan kecepatan suatu partikel sekaligus. Jadi kalau salah satunya bisa kita temukan, maka yang lainnya tidak bisa kita tentukan. Nah, prinsip Ketidakpastian Heisenberg ini menjadi syarat mutlak yang mesti dilanggar jika ingin melakukan teleportasi kuantum. Entahlah penjelasannya gimana, ilmu saya belum nyampe, hehe. But, yang pasti, teleportasi kuantum itu membutuhkan posisi dan kecepatan suatu partikel secara presisi, yang menurut prinsip Ketidakpastian Heisenberg adalah hal yang mustahil.

Namun, pada tahun 1998-an ternyata Caltech bisa melakukan 'sejenis' teleportasi kuantum pada suatu partikel energi dalam cahaya yang disebut foton, daaannn bisa menghindari prinsip Ketidakpastian Heisenberg. Kenapa dikatakan 'sejenis' bukan teleportasi beneran? Karena cara kerjanya adalah entanglement, yakni bukan 'memindah' benda, tapi menyusun ulang dan memusnahkan benda, sesuai penemuan Charles Bennet, ilmuwan IBM, pada tahun 1993-an. Ibaratnya, kalau kita mau pindahin kue dari satu meja ke meja lainnya itu bukan dengan dipindah pakai tangan doang. Caranya, kita ambil itu kue dari meja, lalu kita selidiki itu komposisi kue, bentuk, ukuran, rasa, dan segala informasi detilnya. Setelah semua informasi yang presisi kita dapatkan, kita makan sampai hancur dan habis itu kue, baru kita buat kue yang replikanya sama dengan yang sebelumnya, lantas kita simpan di meja yang lain. Ribet? Ya, ribet banget. Makanya sampai dibilang teleportasi itu mustahil karena ya ribet, rungsing, ngebul, dan jelimet. Mending itu Caltech bisa teleportasi foton, lah kalau ukurannya lebih gede dari foton gimana? Benda mati sih mending, kalau manusia yang diteleportasi? Akan terbayang dong betapa sakitnya diri kita ketika badan kita dipecah menjadi sekumpulan sel replika lalu disusun di tempat lain, sedangkan diri kita yang 'aslinya' udah musnah alias enggak ada di tempat sebelumnya? Dan kalau benar, itu jiwa kita apakah ikut dipecah jadi seukuran atom? Kalau replika badannya bisa pindah, itu nyawanya bisa pindah juga enggak? Apakah nyawa bisa direplika? Nah, saya juga gak paham, dan itulah yang jadi perdebatan horor. Cara kerja teleportasi kuantum entanglement setahu saya ya begitu.

Intinya, hukum Newton bilang teleportasi itu 100% tidak mungkin, tapi mekanika kuantum bilang teleportasi itu bisa dilakukan, selama ukuran bendanya tidak lebih besar daripada foton. Jadi, biar kata hukum Newton dan hukum mekanika kuantum itu berbeda, intinya tetap sama, bahwa teleportasi kuantum itu tidak mungkin dilakukan untuk benda yang ukurannya lebih besar dari foton, very impossible. Dear fisikawan dan matematikawan, muncullaaahhh saya butuh bantuaaann, takut salah, wkwk..

Nah, Michio Kaku sendiri dalam bukunya mengemukakan opini, jika teleportasi kuantum bisa dilakukan terhadap foton yang ukurannya mikroskopis, maka bisa jadi suatu saat hal itu bisa dilakukan pada benda yang berukuran makroskopis, walau membutuhkan beberapa ribu tahun. Saya mendukung pendapat pak Michio, karena tidak ada kaidah fisika yang dilanggar, malah kaidah fisika kuantum terbukti jelas untuk level sekelas atom. Bisa jadi suatu saat berlaku juga untuk level yang lebih besar dari atom, walau lama banget pastinya. Saya tekankan sekali lagi, saya belum berani bawa-bawa ilmu agama karena berat.


Yang kedua, TIME TRAVEL

"If time travel is possible, then where are the tourist from the future?"

- Stephen Hawking

Kalau melihat kutipan pak Stephen, it is clear enough to say that time travel is absolutely impossible. Kalau pak Stephen si planet jupiter bilang tidak mungkin, maka saya yang remah-remah roti ini akan nurut saja dan mengatakan hal yang sama. Tapi tunggu..

Lagi-lagi, menurut Newton time travel adalah hal yang mustahil, namun teori itu dipatahkan oleh Einstein yang mengatakan bahwa satu detik di bumi itu tidak absolut selagi kita mengelilingi jagat raya, yang kini kita kenal sebagai Teori Relativitas Einstein. Ebuset dah berasa nonton film Interstellar, tau-tau anak gadis jadi nenek-nenek di bumi, sedangkan bapaknya yang baru pulang habis mengelilingi jagat raya masih muda. Horor mak.. Eits, lanjut dulu..

Saya sendiri pernah dengar kalau perjalanan waktu ke masa depan itu mungkin dilakukan, selama traveling-nya dengan kecepatan cahaya, mantap. Katakanlah kita mengelilingi jagat raya. Satu menit kita menempuh perjalanan ke bintang terdekat, tak terasa sudah empat tahun waktu berlalu di bumi. Namun bagi beberapa orang, Teori Relativitas ini masih dianggap paradoks. Selain itu, walau perjalanan waktu ke masa depan bisa dilakukan, perjalanan waktu ke masa lalu adalah hal yang mustahil, karena dapat mengubah sejarah, sedangkan apa yang terjadi di masa kini adalah akibat dari masa lalu. Lagian ngapain sih mikirin masa lalu terus? *eaaa baper dah baper wkwk..

Teori perjalanan waktu dan relativitas ini berubah terus seiring munculnya pendapat Kurt Godel (matematikawan), Richard Gott (fisikawan), dan tokoh-tokoh lainnya yang membawa teori tentang lubang hitam. Nah, lubang hitam ini banyak radiasinya, katanya. Jadi andai time travel bisa dilakukan pun badan kita akan terpapar radiasi yang sangat kuat dan kita keburu metong alias mati di tengah perjalanan, kan horor. Nah, makanya kalau mau time travel kita harus bisa menciptakan alat yang sekaligus bisa memperhitungkan dan menangkal resiko radiasi yang tinggi itu.

Pak Michio sendiri dalam bukunya mengatakan bahwa time travel bisa dilakukan berdasarkan Teori Relativitas Einstein dan teori lubang hitam, namun itu perlu waktu sangat lama hingga jutaan tahun terkait radiasi lubang hitam.


Kesimpulannya? Secara garis besar TELEPORTASI DAN TIME TRAVEL BISA DILAKUKAN MENURUT ILMU FISIKA, NAMUN KAPABILITAS MANUSIA MASIH TERLALU JAUH UNTUK MEWUJUDKANNYA. Yaa kita berdoa saja, semoga alam memberikan yang terbaik. Itu juga kan baru ulasan dari saya yang didukung buku Michio Kaku. Selebihnya mungkin bisa tunggu penjelasan yang lebih komprehensif dari para fisikawan dan matematikawan lainnya. Saya hanya pembaca dan pengikut sains, bukan ilmuwan. Silakan dikoreksi dan dilengkapi lagi informasi dari saya.

Semoga bisa menambah wawasan. Terima kasih

BUKU : JEJAK SANG BERUANG GUNUNG

"Siang itu tanggal 20 Maret 1992. Di sana, di hamparan salju putih, sesosok tubuh tinggi besar sedang berjuang keras melintasi tanjakan dengan kemiringan 40 derajat pada ketinggian 6.700 meter. Niatnya sudah bulat. Ia akan mengibarkan Sang Merah Putih dan Panji Mapala UI di Puncak Aconcagua. Ya, puncak tertinggi Amerika Selatan itu hanya tinggal 200 meter lagi!

Meski semangat terus membara, namun gerak tubuh itu kian perlahan. Sekilas ia teringat Didiek Samsu, yang juga keletihan dan kini beristirahat tak jauh di bawahnya. Lalu tarbayang wajah mungil Melati, anaknya. Karina, isterinya. Juga wajah-wajah keluarga yang dicintainya. Serta para sahabatnya yang sering menyuruhnya kembali. Ia pun meringis..

"Aku akan sampai ke puncak. Kini aku akan istirahat sejenak." pikirnya. Tak lama kemudian matanyapun terpejam. Rasa letih dan kantuk itu telah membiusnya dan mengantarkan jiwanya ke puncak."


Cukup terlambat membaca buku ini. Entah mungkin karena berhenti cetak atau saya kurang "lihai" berburu buku berbau petualangan. Yang jelas buku ini sudah membawa atmosfer "mountaineering" dan semangat ekspedisi bagi saya pribadi. Ganezh menceritakan Norman sebagai tokoh sentral yang heroik. Mengungkap detail detail kronologi gugurnya Norman Edwin dan karibnya Didiek Samsu di gunung Aconcagua (6962 Mdpl), Argentina tahun 1992. Dalam misi seven summit Mapala UI.



Bahasa yang dipakai cukup mengundang antusias kita. Diceritakan pula cerita cerita ekspedisi Norman yang lain secara kronologis mulai dari pendakian Kilimanjaro, Ekspedisi Elbrus, Mc, Kinley, Cartenz Pyramid dan banyak yang lain. Lengkap dengan detail - detailnya. Penulis dengan sangat telaten dan teliti merekam kisah hidup Norman melalui wawancara kolega, nukilan koran dan kliping - kliping.

Satu yang membuat saya kagum pada penulis buku ini, data yang disajikan cukup detail dan sahih.kebanyakan dari koran, majalah dan statemen kawan kawan lama Norman. Kesabarannya untuk mengumpulkan data patut diacungi jempol.

dan satu yang membuat saya jatuh cinta dengan buku ini. Banyak quote para "dewa" pendakian di cantumkan disini. seakan memaksa otak merenung untuk sekedar berfikir ulang dan memacu adrenalin kita untuk menutup buku dan segera pergi dari formalitas kantor.

Bagi yang gemar bertualang, ini buku yang cocok untuk dibawa kemana-mana. 

APA YANG TERJADI JIKA ADA BLACK HOLE SEBESAR 2 CM DIDEPAN KAMU?

Habis saya. Hancur. Binasa. Lenyap. Tentu saja bukan hanya saya yang akan terkena dampaknya, tapi juga planet Bumi. Ini jelas  Skenario Kiam...